Jumat, 11 Mei 2012

Home » » resonansi jiwa

resonansi jiwa

dahulu kala hiduplah seorarg lelakia tua yang terkenal shaleh dan bijak, disuatu pagi yang dangin.
datanglah seorag lelaki muda yang tengah dirundung masalah, dengan langkh kuntai dan rambut kusut masai, ia tampak seorang yang tak mengenal bahagia.
tanpa membung waktu ia ungkapkan semua keresahannya, impiannya yang gagal, karir, cinta dan hidupnya yang tak pernah berakhir bahagia.

bapak tua yang bijak itu hanya mendengarkannya dengan teliti dan seksama, tanpa berkata apa-apa ia hanya mengambil segenggam garam dan memasukannya kedalam air lalu mengaduknya dan berkata "COBA MINUM INI DAN KATAKAN BAGAIMANA RASANYA ?"

Anak muda itupun meminum air yang diberi garam oleh bapak tua tadi,
ahpssssttt . .
hpssstttt . .
asin sekali pak. (ucap pemuda tersebut).

Pak tua itu hanya tersenyum lalu mengajak tamunya berjalan ketepi telaga yang ada di dalam hutan dekat tempat tingglnya , setelah menempuh perjalanan yang tidak begitu jauh akhrnya sampailah meraka ditepi telaga yang tenang.
Masih dengan mata yang tenang dan penuh cinta, orang tua yang bijak itu menaburkan segenggam garam kedalam telaga, dengan sepotong kayu, diaduknya air telaga yang membuat gelombang dan riak kecil, setelah air telaga tenang lalu ia pun berkata,
"anak muda coba kamu cicipi air tlaga tersebut dan minumlah"
Saat tamu itu selsai meneguk air telaga .
pak tua berketa lagi "bagimana rsanya ?"

hmmm . . ini baru segar sekali resa airnya pak tua. (jawab lelaki tersebut).

dan apakah kamu masih merasakan air garam tersebut ? (tanya pak tua)

hmmmh, sepertinya tidak, sedekitpun tidak ada rasa asin. (jawab si anak muda).

Mendengar hal itu dengan bijak, pak tua itu menepuk-nepuk punggung sianak muda, ia lalu mengajaknya duduk berhadapan bersimpuh ditepi telaga dan berkata "anak muda, pahitnya kehidupan seumpama segenggam garam tidak lebih dan tidak kurang, jumlah dan rasa pahit itu sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah atau tempat yang kita miliki, kepahitan itu berasal dari bagaimana kita meletakan segalanya, dan itu tergantung pada hati kita.
Jadi saat kamu merasakan kegagalan dan kepahitan dalam hidup, hanya ada 3 hal yang boleh kita lakukan, lapangkanlah dada untuk menerima semuanya, luaskan hati untuk menampung kepahitan tersebut, luaskan wadah pergaulan supaya kita mempunyai pandangan hidup yang luas, maka kita akan banyak belajar dari keleluasan tersebut.
hati adalah wadah itu
perasaan adalah tempat itu
kalbu adalah tampat menampung segalanya.
sumber: mp3 resonansi jiwa

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More