Selasa, 15 Mei 2012

Home » » Batur Raden

Batur Raden

Pada tanggal 11 September 2010, Saya, Rizal, Rendi dkk, berencana untuk pergi ke Batur Raden (BR), wisata BR itu lumayan jauh dari tempat kami sekitar ±5 jam untuk sampai dilokasi. Setelah mengadakan dialog dengan beberapa panitia akhirnya wisata ke BR ditetapkan pada tanggal 11 September 2010. Saya dkk membuat rute perjalanan sekaligus mengumpulkan dana untuk beberapa perlengkapan.
=>
Jam 12 malam sebelum berangkat Saya, Rizal dkk masih sibuk membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati, kemudian jam 12 berlalu hingga akhirnya berganti tepat menunjukan angka 3, saat jam 3 mulai berjalan ada seseorang diantaranya melirik sebuah jam dinding dikamarku yang kemudian Ia meminta izin untuk meninggalkan kami, setelah beberapa menit berlalu akhirnya disusul dengan orang kedua ketiga dan seterusnya hingga kami berdua (Saya dan Rizal) yang masih berjaga. Pas melihat lagi kedinding gak terasa sudah jam 4 pagi dan memutuskan untuk tidur, walau mata terasa mengantuk tapi Saya masih aktif melihat Hp saya yang baru saja dibelinya.
. . . =>
Malam sudah berganti pagi, para peserta rombongan bergegas untuk menaiki mobil yang akan mengantarkannya, Mobilpun mulai melantunkan nadanya. Para peserta rombongan ke BR saling tersenyum satu sama lain.
Aku melihat gadis yang berada tepat disebelah kananku adalah orang yang mengajarkanku tentang cinta, namanya Yani, entah itu masih status pacar atau sudah mantan, hubungan kami jarak jauh dan ketika berjauhan tidak ada lagi komunikasi, bisa dibilang dia sibuk untuk hari-harinya di Jakarta dan aku sibuk dengan duniaku sendiri. Aku melihat Ia menatapku sambil tersenyum hangat seperti layaknya tukan sales yang mempromosikan barang dagangannya, lalu aku tak berdaya melihat senyum yang dipancarkan kewajahku hingga tak sadar bibir tipisku mulai mengikuti gerak senyumnya.
Ia sedikit berubah ketika kita bertemu beberapa minggu yang lalu, Ia kelihatan lebih cantik dari biasanya, lebih dewasa dan penuh arti, tapi aku tetap tidak yakin kalau itu semua benar-benar tulus yang ada dia malah memanfaatkan ku. Aku berusaha mengalihkan perhatiaanya supaya tidak terlalu mengobral senyumnya kepadaku, dan kemudian dia mulai terperangkap dengan caraku sendiri untuk mengalihkan pandangannya
Perjalannan pun berakhir dengan afiat, Kami beserta para rombongan langsung bergegas untuk meninggalkan mobil yang telah mengantarkan kami, alhamdulillah di Batur Raden (BR) suasana masih cerah, secerah para hati pengunjung.
. . . =>
Aku, Rizal dkk menyiapkan peristirahatan yang pertama yang di isi dengan peraturan-peraturan sekaligus makan-makan; setelah cukup puas dengan peeristirahatan kami kemudian dilanjutkan lagi dengan menuju ke TKP, aku merasa ngantuk setelah melakukan beberapa jam perjalanan dan Rizal pun kelihatan cape setelah menyusun beberapa peraturan. Kami berdua tidak lagi memikirkan mau apa disini dengn mata yang merah dan wajah yang pucat, akhirnya kami memtuskan untuk istirahat saja sambil memantau para pengunjung, gak terasa satu jam berlalu aku masih ditempat yang sama, mataku makin tak bersahabat lantaran tidak tidur semalaman.
Langit mulai gelap, matahari mulai lenyap dan ditutupi awan hitam yang tebal, suasana sejuk pun hilang berganti dingin, tetesan air memaksa kami untuk meninggalkan tempat itu, aku berpindah menuju posko untuk berteduh sambil menunggu rombongan kembali keparkiran. Setelah berdiri bebeapa menit aku melihat lagi mantanku dengan temannya Yayu, Ia kemudian mendekat, mungkin karena kedinginan atau hanya sekedar mampir (pikirku). Hujan yang rintik-rintik menambah suasana dingin hatiku, aku melihat Mantanku “Yani” melirik ragu kepadaku seolah tidak akan mendapatkan balasan itu, tanpa ragu aku mimandang dan bertanya, bagimana perjalanannya ? Mereka menjawab Lumayan cape tapi menyenangkan kok, setelah terdiam beberapa detik Yani mulai mengawali pembicarannya Ia bertanya; tanggal berapa sekarang ? aku langsung meresponnya dan tanpa ragu menjaawab “Sekarang tanggal 11, besok kamu ultah kan? Oia Selamat ulang tahun” (dengan nada yang sukar). Dia mengalihkan perhatiannya dan kemudian berpikir sejenak untuk menanyakan apa yang mau di lontarkan oleh mulutnya, sebelum memulai percakapan yang kedua, seorang tukang payung tanpa ragu tersenyum kepada kami, tukang payung itu mengerti kalau kami mau meninggalkan posko tersebut sedangkan hujan masih memburu mangsanya dan kemudian kami akan segera menyewa payungnya.
Pertanyaan selanjutnya pun dimulai di bawah atap payung yang megah, Ia memulai percakapan;
Yani : bagaimana dengan hubungan kita ?
Aku : hmm(sambil tersenyum sinis)
Yani : emang kita suddah putus yah ?
Aku : hmm(aku bingung lantaran belum ada kata putus diantara kita) lalu aku kembali bertanya
Aku : menurut mu ?
Yani : hmmmmmm, aku juga bingun(tersenyum sambil mengharapkan hubungannya akan baik-baik saja)
aku tidak menjawab dan hanya menunjukan wajah angkuhku, mungkin dia merasa kesal karena merasa aku tidak terlalu serius menanggapinya atau mungkin karena perasaan bersalahnya mulai merasupi. Ketika dia termenung sambil mencari jawaban, aku melihat ketulusan matanya yang begitu polos, (dia merasa menyesal karena tidak pernah lagi mengirimkan kabarnya sewaktu di jakarta pikirku).
aku merasa bersalah saat itu, aku membuat hatinya kecewa dan takut untuk meminta maaf, aku berusaha mengalihkan perhatinnya untuk tidak memikirkan pembicaraan tadi, setelah beberapa menit terdiam Yayu teman dari Yani itu memulai pembicaraan, yayu mengerti ketika kami terdiam akan menambah suasana yang tidak enak (pikirku dalam-dalam). Pembicaraan kami dengan yani pun akhirnya tersambung kembali, dia selalu tersenyum saat memperhatikaanku berbicara, mungkin karena suaraku yang terlalu banyak Bassnya, atau apa aku tidak tau.
Kami berdua saling memandang, pandangan itu pun selalu berlanjut hingga beberapa saat kakak ku melihatnya, kakak saya bernama Sakuroh, dia cuman memberikan senyum dan tidak berani mencoba untuk memanggil, atau mungkin dia tersenyum melihat adiknya yang bungsu sedang bergembira. Lalu beberapa pengikut rombongan ke BR melihat kami sedang tersenyum-senyum menikmati suasana di bawah payung berdua, salah satu diantara mereka ada yang bilang “woy CLBK nich yech” . kita berdua cuman tersenyum mendengar kata itu dan berusaha tidak meladeninya. Setelah asik ngobrol kesana-kemari akhinya kita berpisah, aku menghampiri kakak ku yang tadi tersenyum melihatku, aku dan kakak ku kemudian mencari oleh-oleh untuk keluarga yang menunggu dirumah, ketika sedang memilih beberapa oleh-oleh yang cocok datanglah seorang cewe cantik yang sedang kebingungngan mencari temannya dan dia pun akhirnya bergabung dengan kami, “TUTI PURWANTI” itulah nama panjangnya ia gadis yang cantik, energik dan terkesan jutek, matanya tipis mirip artis-artis korea, rambutnya panjang dan sedikit ikal mirip keturunan rusia.
Beberapa oleh-oleh pun akhirnya terkumpul, kami bertiga memutuskan kembali ke mobil.
hujan masih deras saat itu, suara petir menyambar-nyambar membuat ngeri jika berjalan sendiri akhirnya kami bertiga memutuskan untuk menaiki angkot untuk sampai di temat parkir mobil yang tadi siang mengantarkan kami, sesampainya di parkiran perut saya tiba-tiba mengamuk dan membunyikan beberapa isarat, kakak ku tau kalau aku lagi lapar dan segera membelikan popmie, sungguh baik kakak ku ini (ucapku dalam hati)
. . . =>
Dari jauh aku lihat para rombongan sedang terburu-buru untuk sampai dilokasi parkiran, semua rombongan membawa oleh-olehnya masing-masing, semua tangan dipenuhi dengan oleh-oleh, dan tidak ketinggalan pula dengan Yani (orang yang membingungkan) dia membawa beberapa oleh-oleh yang melengkapi tangannya seolah-olah tidak ada kesempatan sedikit saja untuk membelaiku.
. . . =>
Mobil pun akhirnya menancapkan gasnya, mulai meninggalkan tempat wisata Batur Raden (BR). setelah melaju beberapa meter dari lokasi parkir sang supir teriak “SIAL SUPIR ORA DINEI ROKOK”
Rizal si panitia pun tersenyum mendengarkan ucapan yang dilontarkan oleh supir itu, Ia merasa tidak enak dengan sopir yang telah membawanya ke BR, tapi mau apa lagi dia juga sibuk dengan aktivitasnya, makanya sampai lupa ada supir di tempat parkiran. Tanpa di duga para rombngan menyambut senyuman dari panitia itu.
. . . =>
Matahari mulai meninggalkan porosnya serta di ikuti dengan malam yang dingin
Suasana gerimis masih terasa, bahkan mulai berlabu di hatiku
Aku kedinginan dan tidak bisa merasakan apa-apa, hanya mendengar suara rintihan ku sendiri
Aku tertidur beberapa menit disaat sedang ramai orang mebicarakan kejadian siang tadi, ketika sedang tertidur ada orang jail yang berusaha membangunkanku dengan memberikan sedikit percikan air hujan, ia orang yang selalu iseng ketika kawannya tak berdaya “rizal namanya” setelah terbangun aku mengambil air yang tadi dibelinya untuk melegakan tenggorokan, aku mengambil beberapa batangan rokok disaku ku dan beranjak menghidupkannya, rasa dingin pun mulai berkurang saat pertama kali rokok dihidupkan.

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More